feature : PERJALANAN HIDUP DARI BU RITA
Oleh : Karmailawati
Tiada
lagi tempat ia bersandar, air matanya jatuh dengan berlahan saat ia memulai
cerita. Wanita kelahiran 1994 ini mencoba menceritakan setiap detil-detil peristiwa
yang dialaminya. Baginya Hidup adalah perjuangan yang membuat seseorang harus
berusaha keras untuk melewati setiap cobaan yang di hadapi. Meskipun
berkali-kali jatuh, bukan berarti berakhir tanpa arti. Namun seseorang berusaha
untuk bangkit kembali dari jeratan-jeratan hidup yang ia hadapi. Tak boleh
kalah dengan hidup, karena hidup sebuah tantangan. Begitulah yang di alami oleh
Bu Rita. Ibunya meninggal dunia, ketika ia kelas 3 SD.
Semenjak
itu ia bersama Kakak dan Ayahnya tinggal di rumah orang lain. Ayahnya seorang
pejudi yang tidak mau peduli tentangnya. Begitu juga dengan kakaknya hanya bekerja
untuk dirinya sendiri.
Wanita yang berumur 20 tahun ini,
tinggal di Tapan, Pesisir Selatan. Kehilangan seorang ibu bukanlah penghalang
baginya untuk menjalani kehidupan. Ia bertekad untuk sekolah, meskipun Ayahnya
tidak begitu mendukungnya untuk melanjutkan ke sekolah MTSN/SLTP. Hari demi
hari, waktu demi waktu hingga ia telah mampu menyelesai sekolah MAS. Ia
berkeinginan sekali untuk kuliah. Namun, Ayah dan Kakaknya tidak ada keinginan
untuk membiayai kuliahnya.
Akhirnya, ia memutuskan untuk
menikah. Agar ia dapat bergantung hidup kepada suaminya. Acara pernikahan pun
di gelar. Orang-orang berdatangan melihat pesta tersebut. Pancaran wajahnya
terlihat begitu bahagia menyambut pernikahan itu. Beberapa bulan kemudian,
wanita ini hamil. Ia sangat bahagia sekali dengan kabar kehamilannya.
Namun, cobaan datang kembali
menghampirinya. Kebahagian yang mulai ia rasakan lenyap seketika. Gelak tawa yang dulu ada
mulai terkikis air mata. Kenapa tidak? Orang yang ia cintai pergi tanpa kabar.
Disudut rumah ia menunggu suaminya.
Sekali-kali melihat keluar dengan harapan orang yang ia tunggu-tunggu pulang.
Namun itu hanya sebuah harapan yang sirna. Tak ada kepastian ia akan pulang. Ia
tidak pernah bosan untuk menunggu. Yang pada akhirnya ia menerima surat cerai
dari suaminya.
Siapa sangka sebuah penantian
berujung dengan kekecewaan. Tutur kata suaminya yang lembut hilang seketika.
Apa sebenarnya yang terjadi? mengapa ini bisa terjadi? Dan sampai kapan cobaan
ini akan berakhir? Ucap bu Rita dengan rasa kecewa.
Hidup tanpa suami dalam keadaan
hamil sesuatu yang sangat sulit untuk dijalani. Tak ada yang disesali, karena
tak ada yang mampu untuk merubah keadaan. Janin yang tumbuh dalam dirinya
semakin membesar. Detik-detik kelahiran pun semakin mendekati.
Wanita ini masih saja berlarut
dengan kekecewaannya. Ia belum bisa menerima kenyataan pahit itu. Kasih sayang
yang ia berikan berakhir dengan tiada arti. Tak ada lagi tempat untuk ia
berbagi suka dan duka. Peristiwa itu membuat ia begitu terpukul. Hingga tak ada
lagi semangatnya untuk hidup.
Bu Rita yang semakin hari kesedihannya
semakin berlarut-larut, karena tidak tahu apa yang harus ia perbuat. Namun,
demi si buah hati. Semangat yang dulu hilang, kini kembali lagi. Ia ingin
melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang pintar.
Akhirnya, anaknya pun lahir dengan
selamat. Sekarang umur anaknya sekitar 10 bulan. Pernah suatu ketika ia pergi
ke rumah mantan suaminya untuk memperlihatkan anaknya, tapi mantan suaminya
tidak peduli. Semenjak itu ia memutuskan untuk tidak mempertemukan anak dan
mantan suaminya itu. Karena terlalu dalam luka yang ia alami.
“Meskipun
tanpa di dampingi suami, saya akan buktikan bahwa mampu untuk menghidupi anak
saya. Dan saya bersyukur telah di perbolehkan tinggal di rumah ini. Seandainya
mereka tidak ada, saya tidak tahu bagaimana nasib saya selanjutnya”, ucapnnya
wanita itu.
Post a Comment