makalah peserta didik
MAKALAH
PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
TENTANG
PENDIDKAN
BERKARAKTER
OLEH
NAMA
: EPON PUTRA
NPM
: 12080166
SESI
: E
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI
SUMATERA
BARAT
PADANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Kepekaan
hati nurani sebagian besar anak bangsa ini sangat terabaikan. Hal itu dapat
dilihat perilaku negatif yang sangat jauh dari hati nurani. Maraknya tindakan
anarkisme, tawuran serta perlakuan yang melawan hukum juga telah ditunjukkan
anak bangsa ini secara kolektif. Lebih parah lagi, hal itu juga ditunjukkan
oleh tokoh publik, tokoh politik, juga oleh penyelenggara pemerintahan.
Dapat
dilihat dengan nyata bahwa banyaknya perbuatan yang semuanya berindikasi pada
tindakan melawan hukum, dilakukan oleh orang-orang yang katanya terhormat
dengan menduduki posisi penting di negeri ini. Semuanya sangat memiriskan untuk
dideskripsikan. Tragisnya, hal itu bisa menjadi pembelajaran bagi seluruh anak
bangsa ini.
Perilaku
negatif tersebut dipublikasi secara media massa elektornik maupun media cetak.
Sehingga terlihatlah dengan jelas bahwa perilaku itu sangat jauh dari karakter
bangsa Indonesia yang terkenal dengan etika yang Pacasilais. Dalam rincian
implementasi pembelajaran di madrasah/sekolah, pendidikan karakter bukanlah
sesuatu mata pelajaran ataupun materi khusus yang disajikan secara khusus yang
berdiri sendiri (self sufficiency).
Pendidikan
Karakter ini dilaksanakan merupakan wujud integratif-interkonektif yang
mencakup aspek multidisiplin dan multidimensi, sehingga diperlukan pendekatan
yang komprehensif, utuh, interkonektif antarberbagai disiplin ilmu, tidak
sektoral-parsial, misalnya dalam pembejaran matematika, yang diajarkan adalah
bagaimana menjumlah angka dengan baik dan tidak mengurangi penjumlahan dalam
realitas jual-beli maupun aktivitas lain di luar mata pelajaran matematika.
1
BAB
II
PEMBAHASAN
Apa
Itu Karakter?
Dennis
Coon dalam bukunya Introduction to Psychology : Exploration and Aplication
mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian
seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat
diterima oleh masyarakat. Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan
kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat
Pendidikan
Karakter adalah upaya dalam rangka membangun karakter (character building)
peserta didik untuk menjadi lebih baik. Sebab, karakter dan kepribadian peserta
didik sangat mudah untuk dibentuk. Secara etimologis karakter dapat dimaknai
sesuatu yang bersifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti,
tabiat, ataupun perangai.
Sedangkan
secara terminologis, karakter dapat dimaknai dengan sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang menjadi ciri seseorang atau suatu kelompok. Hal ini bertujuan
untuk menciptakan karakter peserta didik yang paripurna, sampai mendekati titik
terwujudnya insan kamil. Namun, bisa diperjelas pada upaya untuk mewujudkan
kecerdasan spiritual, emosional, intelektual, dan estetika.
Bakaitan
dengan itu, dalam alam empiris dapat dilihat bahwa karakter anak bangsa ini
semakin menunjukkan gejala yang sangat miris dan merisaukan kita semua.
Kehidupan mereka yang kontradiktif, tidak hanya di luar lingkungan pendidikan,
tetapi juga justru dilakukan oleh
anak-anak didik dalam masa pendidikan. Sungguh miris melihat realitas dan
kenyataan yang seperti ini.
2
Padahal
menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Beda
Kepribadian dengan Karakter
Kepribadian
adalah hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan setiap orang
yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek
kehidupan sosial dan masing-masing pribadi. Kepribadian manusia secara umum ada
4, yaitu : Koleris – Sanguinis – Phlegmatis – Melankolis.
Nah,
Karakternya dimana? Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki
kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah yang
disebut dengan Karakter. Misalnya, seorang dengan kepribadian Sanguin yang
sangat suka bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajar sehingga
mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan
ketenangan dan perhatian fokus, itulah Karakter.
Mengapa
Seorang Anak Butuh Pendidikan Karakter?
Pada
dasarnya, pada perkembangan seorang anak adalah mengembangkan pemahaman yang
benar tentang bagaimana dunia ini bekerja, mempelajari ”aturan main” segala
aspek yang ada di dunia ini . Anak-anak
akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada
lingkungan yang berkarakter
3
Ada
3 Cara Mendidik Karakter Anak:
1.
Ubah Lingkungannya, melakukan pendidikan karakter dengan cara menata peraturan
serta konsekuensi di sekolah dan dirumah.
2.
Berikan Pengetahuan, memberikan pengetahuan bagaimana melakukan perilaku yang
diharapakan untuk muncul dalam kesehariannya serta diaplikasikan.
3.
Kondisikan Emosinya, emosi manusia adalah kendali 88% dalam kehidupan manusia.
Jika mampu menyentuh emosinya dan memberikan informasi yang tepat maka informasi
tersebut akan menetap dalam hidupnya.
Karakter
apa yang perlu ditumbuhkan dan dibentuk dalam diri anak?
1. Karakter cinta Tuhan dan segenap
ciptaan-Nya
2. Kemandirian dan Tanggung Jawab
3. Kejujuran atau Amanah, Diplomatis
4. Hormat dan Santun
5. Dermawan, Suka Tolong Menolong &
Gotong Royong
6. Percaya Diri dan Pekerja Cerdas
7. Kepemimpinan dan Keadilan
8. Baik dan Rendah Hati
9. Karakter Toleransi, Kedamaian dan
Kesatuan.
4
Contoh
penerapan pendidikan karakter dikembangkan di 500 institusi pendidikan formal
dan nonformal di 33 provinsi. Praktik-praktik pendidikan karakter yang sudah
dijalankan itu, diharapkan dapat memberi insiprasi sekolah lain untuk
melaksanakan dan mengembangkan pendidikan karakter yang sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan sekolah atau daerah masing-masing.
Pendidikan
karakter di sekolah-sekolah itu mestinya juga mengambil dari kearifan lokal,
selain nilai-nilai kebajikan yang umum. "Kita ingin penerapnnya sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan sekolah yang dapat diukur. Misalnya, kebersihan
masih jadi problem banyak sekolah. Bisa dimulai dari situ, lalu dikembangkan
pada karakter lain yang mudah diukur dan diterapkan," kata Erry Utomo,
Kepala Bidang Kurikulum dan Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional,
dalam seminar bertajuk Pendidikan Harmoni Sebagai Pendidikan Karakter Yang
Kontekstual di Jakarta, Senin (26/9/2011).
Guru
Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta, HAR Tilaar, mengkritisi pendidikan
karakter yang tidak memiliki konsep yang jelas. Pendidikan karakter di Indonesia
mestinya berdasarkan kebudayaan Indonesia yang multikultural.
"Pendidikan
karakter Indonesia semestinya dengan mengembangkan nilai-nilai yang kita
sepakati bersama yang memepersatukan Indonesia. Ini akan menjadi karakter yang
khas Indonesia dibanding dari negara lain, sebagai negara yang hidup dalam
budaya multikultural," kata Tilaar.
Menurut
Tilaar, nilai-nilai karakter Indoensia yang hendak dibangun itu ada di dalam
nilai-nilai Pancasila, yang sebenarnya digali dari kebudayaan-kebudayaan
daerah. Yang dibutuhkan sekarang ini, bagaimana pendidikan nasional kita dapat
menerapkan pendidikan yang mengembangkan kreativitas, berpikir kritis,
memecahkan masalah, dan berkarakter," kata Tilaar.
Sementara
itu, Tjahjono Soerjodibroto, Direktur Nasional World Vision Indonesia,
mengatakan perlu dikembangkan pendidikan kontekstual yang sesuai dengan isu dan
kebutuhan pengembangan wilayah setempat.
5
Pendidikan
kontekstual merupakan pendidikan yang memberdayakan dan membangun kesadaran
kritis. Pendidikan itu yang bertumpu pada kearifan dan potensi lokal, guna
menyiapkan anak untuk dapat hidup utuh sepenuhnya dan memiliki karakter yang
baik.
Pendidikan
karakter yang kontekstual, antara lain dikembangkan World Vision Indonesia -
Wahana Visi Indonesia melalui pendidikan harmoni. Di sini diajarkan nilai-nilai
harmoni dengan diri sendiri, sesama, dan alam untuk dapat hidup dalam
masyarakat multikultural.
Pendidikan
harmoni ini sebagai salah satu model pendidikan karakter yang kontekstual yang
dikembangkan di banyak sekolah di Sulawesi Tengah.
"Dengan
menggali kembali warisan budaya dan kearifan lokal yang sejatinya telah
mencontohkan kehidupan yang rukun dan damai, maka nilai-nilai harmoni kembali
digali dari budaya setempat," kata Tjahjono.
Apa
dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik?
beberapa
penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan itu. Ringkasan dari beberapa
penemuan penting mengenai hal tersebut yang diterbitkan sebuah buletin,
Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Patrnership.
Dalam
buletin tersebut siuraikan yang merupakan hasil studi dari Dr. Marvin Berkowitz
dari University of Missouri-St.Louis menunjukkan peningkatan motivasi belajar
dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan
karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan
karakter menunjukkan penurunan drastis pada perilaku negatid siswa yang dapat
menghambat keberhasilan akademik.
6
Pendidikan
karakter adalan pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek teori
pengetahuan (Cognitive), perasaan (Feelling), dan tindakan (Action). Menurut
Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek tersebut, maka pendidikan karakter tidak
akan efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.
Dengan
pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan
emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan.
Dengan kecerdasan emosional seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi
segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Buku
berjudul Emotional Intellegent and School Succes (Joseph Zins, et.al, 2001)
mengompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan
emosional anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan ada sederet
faktor-faktor penyebab kegagalan anak di sekolah, diantaranya ternyata bukan
terletak pada kecerdasan otak tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri,
kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkosentrasi, rasa
empati, dan kemampuan berkomunikasi.
7
BAB
III
KESIMPULAN
Jadi
terbentuknya karakter yang baik inilah sebenarnya yang diharapkan implikasi
akhir dari Pendidikan Karakter. Demikian juga dengan mata pelajaran yang
lainnya. Sehingga yang terpenting adalah bagaimana mengamalkan seluruh
pengetahuan yang telah dimiliki. Sebab, pengetahuan yang dimiliki tentang
kebaikan, hukum, norma, benar, salah, ataupun tentang hal lainnya harus
diterapkan. Sesungguhnya, hal inilah yang menjadi inti dalam Pendidikan
Karakter. Sangat diharapkan peserta didik untuk bisa mengamalkan seluruh
kompetensi pikiran yang dimilikinya. Sehingga tidak akan menyinpang apa telah mereka pelajari dalam pendidikan.
Dengan
begitu, melalui pendidikan karakter semua berkomitmen untuk menumbuh kembangkan
peserta didik menjadi pribadi yang utuh untuk menginternalisasi nilai-nilai
kebajikan dan terbiasa mewujudkan kebajikan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Karakter merupakan proses pembelajaran yang dengan menitikberatkan
pada implementasi pengetahuan.
Selama
ini pendidikan yang dilaksanakan kepada peserta didik adalah sebatas bagaimana
menciptakan anak-anak mempunyai pengetahuan yang banyak, tanpa harus menerapkan
pengetahuannya tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa untuk bisa mengaplikasikan
itu diperlukan pengetahuan dan hafalan atas konstruksi ilmu tersebut. Sehingga
pengetahuan yang dimiliki tidak sebatas pada sifat normatif saja tetapi harus
di implementasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
8
moga bermanfaat
moga bermanfaat
Post a Comment