Kendaraan Tradisional (Bendi) Tak Lagi Diminati
Kusir bendi kini Cuma sering duduk-duduk
saja di tengah keriuhan pasar raya, dari pagi sampai sore mereka jarang sekali
mendapatkan penumpang, yang banyak hanya pada hari lubur, pada hari biasa
mereka seperti orang yang terlantar.
Padang, 18 may 2015,
ETTA News- sudah
banyaknya kendaran pribadi seperti mobil, motor dan lain sebagainya membuat
kendaraan tradisional seperti bendi menjadi terpinggirkan. Ini tampak dari
kurang nya minat masyarakat kota padang untuk menaiki bendi, akibatnya banyak
dari kusir bendi itu menjadi terlantar karena tidak mendapatkan penumpang.
Mereka hanya duduk-duduk saja sambil santai di simpang tiga pasar raya di ujung
jalan dekat ramainya angkot berlalu lalang.
Menurut
penuturan salah seorang kusir bendi di pasar raya Taher(40) “kini alah mulai
sarik rasaki apak nak, urang raminyo hanyo katiko hari libur, tu katiko ado
urang nan baralek nan manyewa, nan urang baralek ko ndak pulo satiok hari do
nak.” Ini menegaskan bahwa semakin terpinggirnya kendaraan yang dulu merupakan
kendaraan primadona pada jamannya.
Tarif
yang dipasang oleh supir bendi tergantung sejauh mana penumpang ingin pergi dan
berdasarkan persetujuan antara kusir dengan penumpang. Jika penumpang setuju
dengan harga yang ditawarkan maka kusir akan siap mengantarkan, misalnya dari
Pasar Raya ke Plaza Andalas tarifnya sekitar Rp. 15.000. dari tarif tersebut
dibandingkan dengan kendaraan umum biasa maka harga ini tergolong cukup mahal,
namun apalah arti harga dibandingkan dengan besarnya nilai kebudayaan yang
dikandungnya.
Sebagai
masyarakat yang masih memegang adat yang kuat, seharusnya kita turut serta
melestarikan warisan budaya yang telah dipertahan oleh pendahulu kita agar ia
tak musnah begitu saja hilang ditelan kerasnya perputaran roda zaman.(ep)
Post a Comment