PERENCANAAN KAJIAN TEORI, CONTOH PENDESKRIPSIAN TEORI, PERUMUSAN HIPOTESIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN
PERENCANAAN KAJIAN TEORI, CONTOH PENDESKRIPSIAN TEORI,
PERUMUSAN HIPOTESIS,
PENELITIAN YANG RELEVAN,
DAN KERANGKA KONSEPTUAL
PENELITIAN
Oleh: Yasnur Asri, FBS UNP
A.
Pengantar
Ragangan (handout)
berikut ini mengungkapkan lima hal utama. Pertama, contoh perencanaan kajian
teori dalam menyusun proposal maupun laporan penelitian (misalnya laporan itu
berbentuk skripsi), dari perencanaan yang sangat sederhana hingga rinci. Kedua,
contoh mendeksirpsikan teori agar bersifat terstruktur, terorganisir, dan logis
sesuai dengan tuntutan penerapan metode ilmiah. Ketiga, contoh pengajuan
hipotesis untuk penelitian kuantitatif yang melibatkan lebih dari satu variabel
dan penelitian tindakan kelas (PTK). Keempat, contoh pendeskripsian penelitian
yang relevan. Kelima, penyusunan kerangka konseptual penelitian. Sebagai
tambahan, juga dikemukakan contoh pendeskripsian teori, penulisan daftar
pustaka, dan pengolahan data penelitian. Agar lebih ekonomis, ragangan diketik dalam satu spasi.
B. Deskripsi
1.
Perencanaan Kajian Teori
Untuk sementara, dapat disimpulkan secara
sederhana bahwa kajian teori untuk keperluan penelitian dalam rangka penyusunan
skripsi (termasuk pembuatan proposal penelitian) setingkat Strata Satu (S1) itu
ada tiga. Hal ini berlaku, terutama
jika jenis penelitian yang akan dilaksanakan merupakan penelitian kuantitatif
yang melibatkan dua variabel dan PTK. Cermatilah dua judul berikut, termasuk tahap
perencanaan kajian teorinya secara bertahap, dari tahap sederhana hingga
operasional.
a.
Contoh Judul
(1) Korelasi Kemampuan Menyimak Berita dan
Kemampuan Menulis Eksposisi Siswa Kelas XI SMA 1 Padang Panjang
(2) Peningkatan Kemampuan Menulis Berita
menggunakan Media Gambar Serial di Kelas VII SMP 1 Lubuk Alung
(3) Efektivitas Metode Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran Menulis Cerpen
di Kelas VIII SMP 1 Lubuk Alung
b.
Rumusan Masalah
(1) Korelasi Kemampuan Menyimak Berita dan
Kemampuan Menulis Eksposisi Siswa Kelas XI SMA 1 Padang Panjang
a)
Apakah
tingkat kemampuan menulis eksposisi siswa kelas XI SMA 1 Padang Panjang?
b)
Apakah
tingkat kemampuan menyimak berita siswa kelas XI SMA 1 Padang Panjang?
c)
Adakah
korelasi yang positif dan signifikan antara kemampuan menyimak berita dan
kemampuan menulis eksposisi siswa di kalangan kelas XI SMA 1 Padang Panjang?
(2) Peningkatan Kemampuan Menulis Berita
menggunakan Media Gambar Serial di Kelas VII SMP 1 Lubuk Alung
(3)
Efektivitas
Metode Kooperatif Tipe Jigsaw dalam
Pembelajaran Menulis Cerpen di Kelas VIII SMP 1 Lubuk Alung
(4) Perencanaan Teori Sederhana
Judul : Korelasi Kemampuan
Menyimak Berita dan Kemampuan Menulis Ekspo-
sisi Siswa
Kelas XI SMA 1 Padang Panjang
Kajian Teori: 1. Kemampuan Menyimak Berita
2.
Kemampuan Menulis Eksposisi
3. Korelasi Kemampuan Menyimak
Berita dan Kemampuan Menulis Eks-
posisi
Judul : Peningkatan
Kemampuan Menulis Berita menggunakan Media Gambar
Serial di Kelas
VII SMP 1 Lubuk Alung
Kajian Teori: 1. Kemampuan Menulis Berita
2. Penggunaan Media Gambar Serial
3. Penerapan Penggunaan Media Gambar Serial dalam Pembelajaran Me-
nulis Berita
(5) Pengembangan Rancangan Teori
Judul : Korelasi Kemampuan
Menyimak Berita dan Kemampuan Menulis Ekspo-
sisi Siswa
Kelas XI SMA 1 Padang Panjang
Kajian Teori
1. Kemampuan Menyimak Berita
a. Hakikat Menyimak
b. Jenis-jenis Menyimak
c. Hakikat Berita
1) Pengertian Berita
2) Jenis Berita
3) Struktur Berita
4) Unsur Berita
5) Penggunaan Bahasa dalam
Berita
d. Kemampuan Menyimak Berita
e. Pembelajaran Menyimak Berita dalam Standar
Isi KTSP Mapel Bahasa Indonesia
SMA/MA
f. Indikator Kemampuan Menyimak
Berita
g. Pengukuran Kemampuan Menyimak
Berita
2. Kemampuan Menulis Eksposisi
a. Hakikat Menulis
b. Tulisan Eksposisi
1) Pengertian Eksposisi
2) Unsur Tulisan Eksposisi
3) Struktur Tulisan Eksposisi
4) Pengembangan Tulisan
Eksposisi
5) Contoh Tulisan Eksposisi
d. Kemampuan Menulis Eksposisi
e. Pembelajaran Menulis Eksposisi
dalam Standar Isi KTSP Mapel Bahasa Indonesia
SMA/MA
f. Indikator Kemampuan Menulis
Eksposisi
g. Pengukuran Kemampuan Menulis
Eksposisi
3. Korelasi Kemampuan Menyimak Berita dan Kemampuan Menulis Eksposisi
a. Korelasi Kemampuan Menyimak
dan Kemampuan Menulis
b. Korelasi Kemampuan Menyimak
Berita dan Kemampuan Menulis Eksposisi
Judul
: Peningkatan Kemampuan Menulis Berita menggunakan Media Gambar
Serial di Kelas
VII SMP 1 Lubuk Alung
Kajian Teori
1. Kemampuan Menulis Berita
a. Hakikat Menulis
b. Jenis-jenis Tulisan
c. Hakikat Berita
1) Pengertian Berita
2) Jenis Berita
3) Struktur Berita
4) Unsur Berita
5) Penggunaan Bahasa dalam
Berita
d. Kemampuan Menulis Berita
e. Pembelajaran Menulis Berita
dalam Standar Isi KTSP Mapel Bahasa Indonesia
SMP/MTs
f. Indikator Kemampuan Menulis
Berita
g. Pengukuran Kemampuan Menulis
Berita
2. Penggunaan Media Gambar Serial
a. Hakikat Media Pembelajaran
b. Konsep Dasar Media Gambar
Serial
c. Kriteria Pemilihan Media
Gambar Serial
d. Contoh Media Gambar Serial
e. Tatacara Penggunaan Media
Gambar Serial
f. Keunggulan Penggunaan Media
Gambar Serial
g. Kelemahan Penggunaan Media
Gambar Serial
3. Penerapan Penggunaan Media Gambar Serial dalam Pembelajaran Menulis
Berita
a. Langkah-langkah Penerapan
b. Hal-hal yang perlu Dipertimbangkan
2. Contoh Pendeskripsian Teori
a. Pengantar
Perlu diingatkan lagi, bahwa meneliti (baik untuk
keperluan akademis seperti penulisan skripsi maupun nonakademis misalnya
penulisan laporan penelitian
institusional) adalah usaha ilmiah untuk menghubungkan
tiga dunia. Ketiga dunia tersebut adalah: (1) dunia peneliti sebagai dunia
subyektif, (2) dunia ideal sebagai dunia ilmiah keilmuan, dan (3) dunia
realitas sebagai dunia objektif. Dalam proposal dan skripsi, misalnya, dunia
peneliti digambarkan pada bab pendahuluan, dunia ideal digambarkan pada bab
kajian pustaka atau kajian teori, dan dunia realitas (termasuk tatacara
peneliti memasuki dunia realitas didasarkan atas keyakinannya berdasarkan teori
yang telah dikemukakan pada bab kajian teori), dikemukakan pada bab tiga, yaitu
rancangan penelitian atau metode penelitian.
Untuk mengambarkan atau mendeskripsikan dunia
ilmiah keilmuan, perlu dipertimbangkan empat hal. Hal-hal tersebut adalah
sebagai berikut ini.
Pertama, peneliti hendaknya melacak, mencari, dan
menemukan referensi yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan
dikemukakan. Referensi yang sesuai adalah:
(1) relevan (sesuai dengan apa pokok permasalahan, atau dikenal dengan prinsip relevansi), (2) penulis atau sumber itu
memiliki otoritas yang layak, misalnya peneliti menemukan sumber yang ditulis
oleh seorang sarjana (S1), magister (S2), dan doktor (S3), maka yang paling
layak adalah sumber yang ditulis oleh orang yang meyandang gelar doktor
(prinsip ini dikenal dengan otoritas),
dan (3) aktual, yaitu terbaru, misalnya peneliti menemukan sumber yang
dipublikasikan pada tahun 2003 dan 2011, maka yang paling layak adalah sumber
yang dipublikasikan pada tahun 2011.
Kedua, peneliti hendaknya menggunakan
sumber-sumber referensi primer. Memang layak, peneliti membaca laporan
penelitian yang sudah ditulis orang lain (termasuk skripsi). Namun, jika
teori-teori yang dikemukakan oleh penulis laporan atau skripsi itu digunakan
oleh peneliti, berarti peneliti itu
menggunakan sumber sekunder, bukan primer. Oleh karena itu, jangan membiasakan
meng-copy paste skripsi atau laporan
penelitian orang lain. Lacaklah teori
dari sumber primer.
Ketiga, pendeskripsian teori hendaknya bersifat
logis dan runtut. Misalnya, jika peneliti menemukan tiga sumber: (1) Tarigan,
1997, (2) Kridalaksana, 1987, (3) Nurkencana, 2010, pendeskripsian yang runtut dan logis adalah:
(1) Kridalaksana, 1987, (2) Tarigan, 1997, dan (3) Nurkencana,
2010.
Keempat, meskipun namanya kajian teori, namun kajian teori itu bukanlah parade kutipan. Peneliti harus mengkritisi pendapat penulis sumber
dan menyimpulkannya.
b. Contoh Pendeskripsian Teori
tentang Hakikat Mendengarkan dan Menyimak
Penggunaan istilah mendengarkan dan menyimak sampai sekarang masih bersifat tumpang-tindih. Bahkan,
dalam rumusan Standar Isi KTSM Mapel Bahasa Indonesia (setingkat SMP maupun
SMA) masih digunakan istilah mendengarkan.
Untuk itu, berikut ini dikembangkan pelacakan teoretis tentang perbedaan mendengarkan dan menyimak. Pelacakan teoretis didasarkan atas pendapat-pendapat Dawson
(1951), Achsin (1981), Tarigan (1983), Rixon (1986), Pekin, Janset, dan Didem
(2010), serta Treur (2010).
Dawson (1951: 51), menggunakan kata listening
sebagai suatu proses mengingat (remembering) dan memahami obyek yang
disimaknya. Kata listening, yang diindonesiakan menjadi menyimak, dibedakan
dengan hearing, yang diindonesiakan menjadi mendengar. Dengan
demikian, menyimak itu berbeda dengan mendengar karena di dalam mendengar
tidak dituntut untuk mengingat dan memahami secara mendalam, tidak seperti
dalam menyimak.
Achsin (1981: 3) juga mengungkapkan bahwa menyimak
dapat dipandang sebagai kegiatan mental yang lebih aktif daripada mendengar. Dalam menyimak,
terdapat proses mental dalam berbagai
tingkatan, mulai dari proses mengiden-tifikasikan bunyi-bunyi, menyusun
pemahaman dan penafsiran, serta menggunakan hasil penafsiran. Menyimak dipandang
sebagai suatu rangkaian proses kognitif mulai dari mengidentifikasikan pada
tingkat fonologis, morfologis,
sintaktis, dan semantis, hingga melibatkan pancaindera secara aktif, khususnya
alat-alat pendengaran. Proses pengenalan
ujaran merupakan suatu pergumulan aktif antara menerka (guessing)
memperkirakan (approximation), dan mengidealisasikan (idealization).
Tarigan (1983: 13) juga menyatakan bahwa menyimak
berbeda dengan mendengarkan. Menyimak
mewakili kata listening sedangkan mendengar mewakili kata hearing.
Menurut pakar ini, menyimak
merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, pengapresiasian, serta
penginterpretasian untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami
makna komunikasi yang disampaikan oleh si pembicara. Sebaliknya, dalam mendengar
tidak dituntut perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi.
Menurut Rixon (1986: 9), mendengarkan adalah kegiatan
yang bersifat ekstensif, bukan dikaitkan dengan tujuan untuk memahami ujaran,
dan secara umum seorang pendengar tidak mengalami kesulitan dalam aktivitas mendengarnya.
Sebaliknya, menyimak merupakan kegiatan yang bersifat intensif, ditekankan pada
pencapaian tujuan, yaitu memahami tuturan verbal atau ujaran yang disampaikan
oleh orang lain.
Pekin, Janset, dan
Didem (2010: 1) mengutip pendapat Emmert, menyatakan, “Listening is more than merely hearing words. Listening is an active
process by which students receive, construct meaning from, and respond to
spoken and or nonverbal messages”. Ketiga pakar
tersebut membedakan antara menyimak dan
mendengar. Menyimak bukanlah semata-mata mendengar (hearing). Dalam menyimak, siswa atau penyimak secara aktif
menerima, menyusun makna, dan merespons tuturan verbal maupun nonverbal yang
disampaikan pengujar.
Treur (2010: 1) juga membedakan antara menyimak (listening)
dengan mendengar (hearing). Pembedaan tersebut ditemukan dalam pernyataan,
“The average college student spend about 14 hours per week in class
listening (or perhaps ‘hearing’ – there is a difference!)”. Menyimak (listening)
memerlukan perhatian, konsentrasi, dan keseriusan yang tinggi sedangkan
mendengar (hearing) tidak.
Berdasarkan pencermatan
terhadap teori tentang pembedaan antara menyimak dan mendengar, disimpulkan
bahwa menyimak itu berbeda dengan mendengar. Menyimak lebih dari sekadar
mendengar karena memerlukan intensitas aktivitas mental dan proses kognisi yang
tinggi, termasuk konsentrasi dan
perhatian. Jika dipadankan, mendengar
disejajarkan dengan kata bahasa Inggris hearing,
sedangkan menyimak dengan listening. Oleh karena itu, istilah pembelajaran keterampilan menyimak itu
lebih berterima dibandingkan dengan pembelajaran
keterampilan mendengarkan.
c. Contoh Penulisan Kepustakaan atau Daftar Pustaka
Achsin, Amir 1981. Pengajaran
Menyimak: Memilih dan Mengembangkan Bahan Pelajaran. Jakarta: Depdikbud,
P3G.
Dawson, Mildred A.
1951. Teaching Language in Grades. New
York: World Book Company.
Pekin, Ash, Janset Muge Altay & Didem Baytan. 2010. “Listening Activities”. http:// www.ingilish.com/listening-activities.htm. (Diunduh 4 Desember 2010).
Rixon, Shelagh. 1986. Developing Listening Skills. London: MacMillan Publisher, Ltd.
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menyimak: sebagai suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Treur, Paul. (Page Coordinator). 2010. Listening Skills.
http:/www.d.umn.edu/kmc/ student/loan/acad/strat/s s_listening.htm (Diunduh 22
Juni 2010).
3. Penyusunan Hipotesis Penelitian
Penyusunan hiptotesis yang lazim digunakan,
sesuai dengan jenis penelitian kuantitatif dan PTK, adalah hipotesis statistik.
Artinya, hipotesis yang terukur, jelas pembuktiannya, dan operasional. Baik,
uraian terperinci akan disampaikan pada saat perkuliahan (jika dipertanyakan
mahasiswa).
a. Hipotesis Penelitian Kuantitatif
Judul : Korelasi Kemampuan Menyimak
Berita dan Kemampuan Menulis
Eksposisi Siswa
Kelas XI SMA 1 Padang Panjang
Hipotesis Penelitian
H1: Terdapat korelasi positif
yang signifikan antara kemampuan menyimak berita dan kemampuan menulis
eksposisi siswa kelas XI SMA 1 Padang Panjang. Hipotesis diterima jika thit
≥ ttab pada dk = n – 2 dan p
= 0,95. Hipotesis ditolak jika thit < ttab pada dk
= n – 2 dan p = 0,95.
H0: Tidak terdapat korelasi positif yang
signifikan antara kemampuan menyimak berita dan kemampuan menulis eksposisi
siswa kelas XI SMA 1 Padang Panjang. Hipotesis diterima jika thit <
ttab pada dk = n – 2 dan p =
0,95. Hipotesis ditolak jika thit
≥ ttab pada dk = n – 2
dan p = 0,95.
b. Hipotesis Penelitian Tindakan Kelas
Judul :
Peningkatan Kemampuan Menulis Berita menggunakan Media
Gambar
Serial di Kelas VII SMP 1 Lubuk Alung
Hipotesis Tindakan
H1: Penggunaan media gambar serial secara positif
dapat meningkatkan kemampu-an menulis berita siswa kelas VII SMP 1 Lubuk Alung.
Hipotesis diterima jika x kemampuan menulis berita ≥ KKM (70) dan ≥ 75% siswa mencapai KKM. Hipotesis ditolak jika x kemampuan menulis berita
H0: Penggunaan media gambar serial tidak secara
positif dapat meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VII SMP 1 Lubuk
Alung. Hipotesis diterima jika x kemampuan menulis berita < Kriteria
Ketuntatasan Minimal (70) dan < 75% siswa mencapai KKM. Hipotesis ditolak
jika x kemampuan menulis berita ≥
KKM (70)
4.
Contoh Pengolahan Data Utama Penelitian “Hubungan
Kemampuan Menyimak Berita dengan Kemampuan Menulis Eksposisi ….”
Pengolahan data hubungan antara kemampuan menyimak berita (X)
dengan kemampuan menulis eksposisi (Y) … dianalisis dengan menggunakan rumus
korelasi product moment.
Tabel 1 (Misal)
Hubungan
Kemampuan Menyimak Berita
dengan
Kemampuan Menulis Eksposisi
No
|
Kode Sampel
|
X
|
Y
|
X²
|
Y²
|
XY
|
1
|
1
|
97,5
|
92,59
|
9506,25
|
8572,90
|
9027,52
|
2
|
2
|
92,5
|
70,37
|
8556,25
|
4951,93
|
6509,22
|
3
|
3
|
87,5
|
62,96
|
7656,25
|
3963,96
|
5509
|
4
|
4
|
85,5
|
85,19
|
7310,25
|
7257,33
|
7283,74
|
5
|
5
|
95,0
|
96,63
|
9025
|
9337,35
|
9179,85
|
6
|
6
|
80,0
|
81,48
|
6400
|
6638,99
|
6518,4
|
7
|
7
|
87,5
|
66,67
|
7656,25
|
4444,88
|
5833,62
|
8
|
8
|
75,0
|
85,19
|
5625
|
7257,33
|
6389,25
|
9
|
9
|
80,0
|
85,19
|
6400
|
7257,33
|
6815,2
|
10
|
10
|
72,5
|
77,78
|
5256,25
|
6049,72
|
5639,05
|
11
|
11
|
90,0
|
77,78
|
8100
|
6049,72
|
7000,2
|
12
|
12
|
87,5
|
74,07
|
7656,25
|
5486,36
|
6481,12
|
13
|
13
|
90,0
|
85,19
|
8100
|
7257,33
|
7667,1
|
14
|
14
|
82,5
|
92,59
|
6806,25
|
8572,90
|
7638,67
|
15
|
15
|
92,5
|
37,04
|
8556,25
|
1371,96
|
3426,2
|
16
|
16
|
77,5
|
66,67
|
6006,25
|
4444,88
|
5166,9
|
17
|
17
|
77,5
|
40,74
|
6006,25
|
1659,74
|
3157,35
|
18
|
18
|
80,0
|
62,96
|
6400
|
3963,96
|
5036,8
|
19
|
19
|
80,0
|
55,56
|
6400
|
3086,91
|
4444,8
|
20
|
20
|
77,5
|
85,19
|
6006,25
|
7257,33
|
6602,22
|
21
|
21
|
80,0
|
81,48
|
6400
|
6638,99
|
6518,4
|
22
|
22
|
77,5
|
48,15
|
6006,25
|
2318,42
|
3731,62
|
23
|
23
|
85,0
|
77,78
|
7225
|
6049,72
|
6611,3
|
24
|
24
|
82,5
|
74,07
|
6806,25
|
5486,36
|
6110,77
|
25
|
25
|
77,5
|
51,85
|
6806,25
|
2688,42
|
4018,37
|
26
|
26
|
75,0
|
66,67
|
5625
|
4444,88
|
5000,25
|
27
|
27
|
95,0
|
74,07
|
9025
|
5486,36
|
7036,65
|
28
|
28
|
80,0
|
62,96
|
6400
|
3963,96
|
5636,8
|
29
|
29
|
90,0
|
62,96
|
8100
|
3963,96
|
5666,4
|
30
|
30
|
87,5
|
70,37
|
7656,25
|
4951,93
|
6157,37
|
31
|
31
|
80,0
|
92,59
|
6400
|
8572,90
|
7407,2
|
32
|
32
|
97,5
|
85,19
|
9506,25
|
7257,33
|
8306,02
|
33
|
33
|
87,5
|
51,85
|
7656,25
|
2688,42
|
4536,87
|
2783
|
2381,83
|
236241,5
|
179394,48
|
202064,23
|
r =
=
=
=
=
=
5,818
Berdasarkan nilai r yang diperoleh,
diketahui bahwa nilai korelasi kedua variabel dalam penelitian ini adalah
5,818. Untuk menafsirkan keberartian hubungan antara kedua variabel, setelah
nilai koefisien korelasi diperoleh, kemudian dilanjutkan dengan menguji keberartian
hipotesis dengan menggunakan rumus uji t berikut ini.
t
= r
= 5,818
=
= 6,723
Setelah
thit
diperoleh, dilanjutkan dengan uji t yaitu membandingkan nilai thit dengan
ttab
pada taraf signifikan 95% adalah 1,70 dengan derajat kebebasan n-2 (33 –
2 = 31). Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara kemampuan menyimak berita dengan kemampuan menulis eksposisi … pada
taraf signifikansi 95% dengan derajat kebebasan n - 2. Dengan demikian, H0
dalam penelitian ini ditolak, sedangkan H1 diterima karena hasil pengujian membuktikan bahwa thit lebih besar dari ttab yaitu
6,723 lebih besar dari 1,70.
5. Contoh Pendeskripsian Penelitian yang
Relevan
a. Pengantar
Peneliti, termasuk penyusun skripsi, hendaknya
melacak hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang
akan dilaksanakannya. Hal itu relevan dengan sikap ilmiah, salah satunya adalah
adanya keyakinan bahwa dirinya bukanlah orang pertama yang meneliti bidang atau
permasalahan tersebut (yang sesuai dengan judul dan rumusan masalah
penelitiannya). Sikap lainnya, adalah adanya keyakinan bahwa penelitian itu
merupakan salah satu usaha mengembangkan teori/keilmuan sesuai dengan bidang
atau permasalahan dengan yang ditelitinya. Oleh sebab itu, penelitian yang akan
dilaksanakan itu harus linear dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
relevan.
b. Contoh Pendeskripsian
Berdasarkan
pelacakan terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
implementasi PAKEM dalam pembelajaran di lembaga pendidikan formal ditemukan
tujuh penelitian. Ringkasan hasil penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai
berikut.
Husny
Yusuf, Dkk. (1981) mengadakan penelitian yang disponsori oleh Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, Depdinkas dengan judul ”Kemampuan Berbahasa Indonesia
Murid Kelas VI Sekolah Dasar yang Berbahasa Ibu Bahasa Aceh: Mendengarkan dan
Berbicara”. Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan hal-hal yang berkaitan
dengan kemampuan mendengarkan. Simpulan tersebut adalah rata-rata nilai
kemampuan mendengarkan murid kelas VI di kota adalah 60,15%, di pinggiran kota
53,92%, dan di desa (pelosok) adalah 48,72. Secara umm, disimpulkan bahwa
kemampuan murid kelas VI Sekolah Dasar di Daerah Istimewa Aceh (sekarang
disebut Nangroe Aceh Darussalam atau NAD) masih kurang memuaskan.
Siti
Chamadiah, Dkk. (1987) mengadakan penelitian yang disponsori oleh Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdinkas dengan judul ”Kemampuan Mendengarkan Mahasiswa di DKI Jakarta”. Berdasarkan hasil
penelitian terhadap mahasiswa-mahasiswa negeri maupun swasta di DKI Jakarta, disimpulkan bahwa kemampuan
mendengarkan mahasiswa di DKI Jakarta berada pada taraf rendah, dengan
pencapaian nilai rata-rata 5,8 pada rentangan 0 s.d.10.
Lusia Riyati Maningrum (2007) mengadakan
penelitian dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul ”Keefektifan
Penerapan Pendekatan PAKEM dengan Media CD Interaktif dalam Pembelajaran
Matematika Sub Pokok Bahasan Keliling dan Luas Lingkaran pada Siswa Kelas VIII
SMP Pangudi Luhur Giriwoyo Wonogiri” di
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui
berapa besar pengaruh keterampilan proses pada pendekatan PAKEM dengan media CD
Interaktif terhadap hasil belajar dan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
siswa pada pendekatan PAKEM dan CD interaktif dengan pembelajaran konvensional
siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Giriwoyo Wonogiri.
Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa pendekatan PAKEM dengan
media CD interaktif lebih efektif daripada pembelajaran konvensional sub pokok
bahasan keliling dan luas lingkaran siswa kelas VIII semester 2 SMP Pangudi
Luhur Giriwoyo Wonogiri.
Novi
Susanti (2009) mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi yang
berjudul ”Pembelajaan Apresiasi Dongeng Kelas
VII SMP Negeri 25 Padang: Suatu Analisis dengan Konsep PAKEM di Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri Padang. Penelitian
tersebut bertujuan mendeskripsikan: (1) penerapan prinsip
pembelajaran aktif, (2) penerapan prinsip pembelajaran kreatif, (3) penerapan
prinsip pembelajaran efektif, dan (4) penerapan prinsip pembelajaran yang
menyenangkan dalam pembelajaran apresiasi dongeng di kelas VII/B SMP Negeri 25
Padang. Berdasarkan analisis data, disimpulkan:
(1) guru bahasa Indonesia SMP Negeri 25 Padang kurang memahami substansi
pendekatan PAKEM karena pengetahuan tentang pendekatan PAKEM masih minim, (2)
guru bahasa Indonesia SMP Negeri 25 Padang belum dapat menerapkan prinsip
pendekatan PAKEM secara baik, (3) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
dongeng masih kurang sehingga tujuan akhir pembelajaran belum tercapai, dan (4)
guru bahasa Indonesia SMP Negeri 25 Padang belum dapat menerapkan prinsip
pembelajaran yang menyenangkan.
...........................................................................................................
Perbedaan
utama antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya ada tiga. Pertama, penelitian terdahulu
mengungkapkan tentang kemampuan mendengarkan atau menyimak tetapi tidak
dikaitkan dengan pembelajaran, khususnya dengan PAKEM. Kedua, penelitian terdahulu mengungkapkan tentang penerapan PAKEM
tetapi tidak dikaitkan dengan pembelajaran keterampilan menyimak. Ketiga, penelitian terdahulu bercorak:
(1) penelitian kuantitatif dan metode deskriptif, (2) pnelitian kuantitatif dan
metode eksperimen, dan (3) penelitian tindakan kelas dan metode deskriptif,
sedangkan penelitian ini bercorak penelitian dan pengembangan (research and development).
6. Penyusunan Kerangka Konseptual Penelitian
a. Pengantar
Kerangka
konseptual adalah gambaran singkat tentang apa yang hendak dilakukan penelitian
sehubungan variabel-variabel yang akan ditelitinya (untuk jenis penelitian
kuantitatif) atau sehubungan dengan variabel dan konteks yang akan ditelitinya
(untuk jenis PTK). Lazimnya, kerangka konseptual didahului oleh uraian singkat
(tanpa kutipan dan rujukan), sesudah
itu peneliti menyajikan kerangka konseptual penelitian dalam bentuk bagan.
b. Contoh
Judul: Korelasi Kemampuan Menyimak Berita dan Kemampuan Menulis Eksposisi
Siswa Kelas XI SMA 1 Padang Panjang
Kerangka Konseptual (Judul Kerangka Konseptual ditampilkan di bawah bagan)
A.
Keterangan:
X : Kemampuan
Menyimak Berita
Y : Kemampuan
Menulis Eksposisi
: Korelasi Satu Arah
Judul: Peningkatan Kemampuan Menulis
Berita menggunakan Media Gambar Serial
di Kelas VII SMP 1 Lubuk
Alung
Kerangka Konseptual (Judul Kerangka Konseptual ditampilkan di bawah bagan)
|
Gambar 2
Kerangka Konseptual Penelitian
RANCANGAN PROPOSAL SKRIPSI DRAF I
HUBUNGAN KEMAMPUAN MENYIMAK DIALOG INTERAKTIF
DENGAN KEMAMPUAN MENULIS BERITA
DI KALANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 PADANG
A. Rumusan Masalah
1.
Apakah tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 35
Padang dalam menyimak dialog interaktif?
2.
Apakah tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 35
Padang dalam menulis berita?
3.
Bagaimanakah
hubungan kemampuan menyimak dialog interaktif dan menulis berita di kalangan
siswa kelas VIII SMP Negeri 35 Padang?
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif-korelasional
C. Rancangan Proposal Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Identifikasi Masalah
C.
Batasan Masalah
D.
Rumusan Masalah
E.
Tujuan Penelitian
F.
Manfaat Penelitian
G.
Definisi Operasional
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Kerangka Teoretis
B.
Penelitian yang Relevan
C.
Kerangka Konseptual
D.
Hipotesis Penelitian
BAB III RANCANGAN PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
B.
Populasi dan Sampel
C.
Variabel dan Data
D.
Instrumentasi Penelitian
E.
Teknik Pengumpulan Data
F.
Teknik Penganalisisan Data
G.
Jadwal Penelitian
H.
Penutup
KEPUSTAKAAN
RANCANGAN PROPOSAL
SKRIPSI FINAL
HUBUNGAN KEMAMPUAN MENYIMAK DIALOG INTERAKTIF
DENGAN KEMAMPUAN MENULIS BERITA
DI KALANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 PADANG
A. Rumusan Masalah
1.
Apakah tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 35
Padang dalam menyimak dialog interaktif?
2.
Apakah tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 35
Padang dalam menulis berita?
3.
Bagaimanakah
hubungan kemampuan menyimak dialog interaktif dan menulis berita di kalangan
siswa kelas VIII SMP Negeri 35 Padang?
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif-korelasional
C. Rancangan Proposal Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Identifikasi Masalah
C.
Batasan Masalah
D.
Rumusan Masalah
E.
Tujuan Penelitian
F.
Manfaat Penelitian
G.
Definisi Operasional
1.
Kemampuan Menyimak Dialog Interaktif
2.
Kemampuan Menulis Berita
3.
Hubungan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Kerangka Teoretis
1.
Kemampuan Menulis Berita
a.
Hakikat Menulis
1)
Pengertian Menulis
2)
Tujuan Menulis
3)
Kemampuan yang Diperlukan dalam Menulis
4)
Tahap Umum Menulis
b.
Hakikat Berita
1)
Pengertian Berita
2)
Jenis Berita
3)
Unsur Berita
4)
Struktur Berita
5)
Bahasa Berita
c.
Hakikat Menulis Berita
d.
Pembelajaran Menulis Berita dalam Standar Isi Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia untuk Tingkat SMP/MTs
e.
Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Berita
2.
Kemampuan Menyimak Dialog Interaktif
a.
Hakikat Menyimak
1)
Pengertian Menyimak
2)
Jenis Menyimak
3)
Tujuan Menyimak
4)
Proses Umum Menyimak
b.
Hakikat Dialog Interaktif
1)
Pengertian Dialog Interaktif
2)
Unsur-unsur dalam Dialog Interaktif
3)
Tujuan Dialog Interaktif
c.
Hakikat Kemampuan Menyimak Dialog Interaktif
d.
Pembelajaran Menyimak Dialog Interaktif dalam Standar
Isi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Tingkat SMP/MTs
e.
Indikator Penilaian Kemampuan Menyimak Dialog
Interaktif
3.
Hubungan Kemampuan Menyimak Dialog Interaktif dan
Kemampuan Menulis Berita
a.
Hubungan Kemampuan Menyimak dan Kemampuan Menulis
b.
Hubungan Kemampuan Menyimak Dialog Interaktif dan
Kemampuan Menulis Berita
B.
Penelitian yang Relevan
C.
Kerangka Konseptual
D.
Hipotesis Penelitian
BAB III RANCANGAN PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
B.
Populasi dan Sampel
C.
Variabel dan Data
D.
Instrumentasi Penelitian
1.
Tes Kinerja Kemampuan Menulis Berita
a.
Kisi-kisi Tes
b.
Struktur Tes
c.
Validasi Tes
2.
Tes Kemampuan Menyimak Dialog Interaktif
a.
Kisi-kisi Tes
b.
Struktur Tes
c.
Uji-Coba Tes
1)
Pengembangan Validitas Tes
2)
Pengembangan Reliabilitas Tes
E.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Data Kemampuan Menulis Berita
2.
Data Kemampuan Menyimak Dialog Interaktif
F.
Teknik Penganalisisan Data
1.
Teknik Deskriptif
a.
Pengabsahan Data
b.
Penskoran
c.
Penilaian
d.
Pengklasifikasian Nilai
e.
Pendeskripsian Nilai
1)
Distribusi Nilai
2)
Penentuan Rata-rata
3)
Histogram
2.
Teknik Analitis
a.
Uji Persyaratan
Analisis Data
1)
Normalitas Data
2)
Homogenitas Data
b.
Uji Hipotesis Penelitian
G.
Jadwal Penelitian
H.
Penutup
KEPUSTAKAAN
RANCANGAN PROPOSAL PTK DRAF AWAL
PENINGKATAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN TEKNIK COPY THE MASTER SISWA KELAS IXF
SMP NEGERI 40
PADANG
A. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah peningkatan pembelajaran menulis cerpen
siswa kelas IXF SMP Negeri 40 Padang menggunakan teknik Copy the Master?
2.
Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa
kelas IXF SMP Negeri 40 Padang menggunakan teknik Copy the Master?
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas (PTK)
C. Rancangan Proposal PTK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Kajian Teori
1. Pembelajaran
Keterampilan Menulis Cerpen
2. Teknik Copy the Master
3. Penerapan Teknik Copy the Master dalam Pembelajaran Keterampilan
Menulis Cerpen
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
C. Kerangka Konseptual
D.Hipotesis Tindakan
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Penelitian
B. Subyek Penelitian
C. Tempat dan Waktu Penelitian
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Pengumpulan Data
G. Teknik Penganalisisan Data
H.
Jadwal Penelitian
I. Penutup
KEPUSTAKAAN
RANCANGAN PROPOSAL PTK FINAL
PENINGKATAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN TEKNIK COPY THE MASTER SISWA KELAS IXF
SMP NEGERI 40
PADANG
A. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah peningkatan pembelajaran menulis cerpen
siswa kelas IXF SMP Negeri 40 Padang menggunakan teknik Copy the Master?
2.
Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa
kelas IXF SMP Negeri 40 Padang menggunakan teknik Copy the Master?
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas (PTK)
C. Rancangan Proposal PTK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran
Keterampilan Menulis Cerpen
a. Pengertian Menulis
b. Tujuan Menulis
c. Jenis-jenis Tulisan
d. Cerpen
e. Pembelajaran
Keterampilan Menulis Cerpen dalam SI KTSP Mapel
Bahasa Indonesia
SMP/MTs
f. Indikator
Pengukuran Keterampilan Menulis Cerpen
g. Pengevaluasian
Keterampilan Menulis Cerpen
2. Teknik Copy the Master
a. Konsep Dasar Teknik Copy the Master
b. Keunggulan dan
Langkah-langkah Penerapan Teknik Copy the
Master
c. Kelemahan Teknik Copy the Master
3. Penerapan Teknik Copy the Master dalam Pembelajaran Keterampilan
Menulis Cerpen
a. Langkah-langkah Penerapan
b. Hal-hal yang perlu Dipertimbangkan untuk Menerapkan Teknik
Copy the Master dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen
c. Instrumen
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Menulis
Cerpen
dengan Teknik Copy The Master
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
C. Kerangka Konseptual
D. Hipotesis Tindakan
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Penelitian
B. Subyek Penelitian
C. Tempat dan Waktu Penelitian
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas
1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Pengamatan
4. Tahap Perefleksian
E. Instrumen Penelitian
1. Rancangan Tes Kinerja
Keterampilan Menulis Cerpen
2. Rancangan Pedoman
Observasi Pelaksanaan PBM Keterampilan Me-
nulis
Cerpen
3. Rancangan Pedoman Wawancara dengan Siswa tentang Pembelajaran
Keterampilan
Menulis Cerpen
4. Rancangan Catatan
Lapangan Pelaksanaan PTK
F. Teknik Pengumpulan Data
G. Teknik Penganalisisan Data
1. Data Peningkatan Kualitas PBM
Keterampilan Menulis Cerpen
2. Data Peningkatan Keterampilan Siswa
dalam Menulis Cerpen
H. Jadwal Penelitian
I. Penutup
KEPUSTAKAAN
Post a Comment