Header Ads

Medan Makna dan Komponen Makna



A.     Medan makna
Harimurti (1982) mengatakan bahwa medan makna (semantic field, semantic domain) adalah bagian dari system semantic bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dari alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur  leksikal yang maknanya berhubungan. Lyons (1977 : 252-254) menjelaskan teori medan makna (field-theory) adalah teori yang menaruh perhatian pada analisis makana. Medan makna merupakan lingkup makana yang luas  yang dapat mencakupi leksem-leksem  yang fitur maknanya terkait atau serupa dengan fitur semantic medan makna.
Chaer (1995:110) menjelaskan bahawa leksem atau kata setiap bahasa  yang maknanya saling berhubungan  atau kedekatan dalam suatu hubungan  dalam bidang tertentu  dapat dikelompokkan dalam satu bidang kegiatan atau satu bidang ilmu. Contoh sawah, padi, bibit, cangkul, bajak, jerami, tanah, menanam, menyiangi, mamanen adalah leksem atau kata-kata dalam medan makana pertanian.
Medan makna juga dapat berwujud hubungan paradigmantik, yaitu hubungan antara unsur yang satu dengan yang lain yang sifatnya dapat saling menggantikan (secara vertical) dalam konstruksi tertentu. Contoh hubungan paradigmantik, ayah membaca Koran diruang tamu. Dalam konstruksi ayah membaca Koran diruang tamu, kata ayah dapat digantikan dengan saya, dia, mereaka, kami, Aminah.
B.     Komponen Makna
Analisis komponen makana adalah usaha memahami  makna satuan bahsa atas dasar komponen makana yang berbebtuk makna satuan bahasa. Aminuddin (1988:126-128) menjelaskan bahwa menurut pandangan konseptualisme, konsep dibedakan atas 1) konsep objektif dan 2) konsep mental. Konsep objektif adalah konsep yang berkaitan dengan hubungan antara fikiran, pandangan dan pengetahuan terhadap dunia luar. Konsep mental adalah knsep yang berhubunan dengan pikiran, pengetahuan, dan pandangan terhadah hasil konseptualisasi itu sendiri. Dalm filsafat, pembagian tersebut berkaitan dengan istilah immanent dan transcendent. Immanent adalah sesuatu yang terkandung dalam realitas atau fakta. Contoh, pemaknaan kata mati sebagai ‘tidak berfungsinya seluruh anggota tubuh’ adalah pemaknaan yang bertolak dari cirri-ciri yang ada pada kematian itu sendiri. Sebaliknya transesnden adalah sesuatu atau nilai yang mengatasi fakta yang terkandung dalam realitas itu sendiri. Pemakaian kata mati sebagai ‘kembali ke pangkuan ilahi’ adalah makna yang mengatasi realitas dari kematian itu sendiri.
Chaer (1995 : 144-122)  menjelaskan bahwa teori komponen makna atau komponen semantik menjelaskan bahwa setiap leksem atau kata terdiri atas satu atau beberapa yang bersama membentuk  makan leksem atau kata tersebut.
Contoh komponen leksem makna perjaka dan gadis
KOMPONEN MAKNA
LEKSEM
peraka
gadis
Manusia
+
+
Berpotensi melahirkan
-
+
Menikah
+
-

Keterangan:
+  berarti komponen makna dimiliki oleh sebuah leksem atau kata.
-         Berrari komponen makna tidak dimiliki oleh sebuah leksem atau kata.
Berdasarkan analisis komponen makna tersebut dapa diketahui secara jelas makana perjaka dalah manusia yang tidak berpotensi melahirkan, dan belu menikah. Sebaliknya gadis adalah manusia yang berpotensi melahirkan dan belum menikah.
Lyons (1977 : 323-335) menjelasakan bahwa dalam menganalisis koponen, ada empat unsure yang perlu diperhatikan, yaitu komponen (makna), fitur, pemarkah, dan ciri pembeda. Komponen makna adalah kumpulan fitur makna. Fitur adalah komponen makna yang dinilai. Pemarkah adalah penanda nilai suatu fitur. Cirri pembeda adalah cirri khas nilai fitur suatu leksem  atau satuan leksikal pada saat leksem itu dibandingkan dengan leksem yang lain.
Analisis kompponen makna Kerbau, sapi, dan kuda
KOMPONEN MAKNA
LEKSEM
kerbau
sapi
Kuda
Binatang
+
+
+
Berkaki empat
+
+
+
Pemakan rumput
+
+
 +
Berkuku belah dua
+
+
-
Untuk menarik pedati
+
+
-
Untuk membajak
+
+
-
Sebagai tunggangan
-
-
+
Suka berkubang
+
-
+

Berdasarkan analisis diatas dapat diketahui bahwa binatang adalah fitur makna yang pertama, berkaki empat adalah fitur makna yng kedua, buerkuku belah dua adalah fitur makna yang ketiga, untuk menarik pedati adalah fitur makna yang keempat, untuk membajak adalah fitur makna yang kelima, sebagai tunggangan adlah fitur makna yang keenam, suka berkubang, suka berkubang adalah fitur makna yang ketujuh. Makna ini bias sama dan bias berbeda dengan leksem yang lain.
Pemarkah adalah tanda yang menandai nilai suatu fitur. Pemarkah (+) berarti fitur dimiliki oleh leksem yang sedang dianalisis, sedangkan pemarkah kurang (-) berarti fitur tidak dimiliki oleh leksem yang sedang dianalisis. Sedangkan cirri pembeda dapat dilihat dari pemarkah yang mereka miliki.
C.     Kolokasi
Kolokasi berasal dari bahasa latin colloco yang berarti ada ditempat yang sama, dengan menunjuk kepada hubungan sintagmatik  yang terjadi antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu. Misalanya pada kalimat tiang layar perahu nelayan itu patah dihantam badai, lalu perahu itu digulung ombak, dan tenggelam beserta isinya, kita dapati kata-kata layar, perahu, nelayan, badai, ombak, dan tenggelam yang merupakan kata-kata yang dalam satu kolokasi; satu tempat atau lingkungan.
Hubungan sintagmantik adalah hubungan suatu satuan bahasa dapat berdampingan dengan satuan bahasa tertentu  dalam proses pembentukan satuan bahasa yang lebih besar. Contoh, budi ingin makan, dalam hubungan sintagmantik, leksem makan dapat berdampingan atau dapat diikiti oleh leksem yang mengandung makna ‘makanan untuk manusia’ misalnya nasi, pisang, kue dan lain sebagainya hingga bentuk budi ingin memakan nasi dapat diterima, tapi budi ingin memakan meja tidak dapat diterima.

No comments