Header Ads

Fonologi


FONOLOGI
UNSUR SUPRASEGMENTAL


OLEH
KELOMPOK : 7
Epon Putra (120080166)
Zia Zulva Yulim (12080165)
Fiska Saputra (120801  )
SESI : E
DOSEN PEMBIMBING
Utami Dewi Pranesti,MPd.
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN(STKIP)PGRI
SUMATERA BARAT
PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Sudah disebutkan bahwa arus ujar merupakan suatu runtunan bunyi yang sambung- menyambung,terus menerus diselang-seling dengan jeda singkat atau agak singkat di sertai dengan keras lembut bunyi,tinggi rendah bunyi,panjang pendek bunyi,dan sebagainya.
Dalam arus ujar itu ada unsur bunyi segmental yang dapat di segmentasikan dan unsur suprasegmental yang tidak dapat di segmentasikan.
            Jadi,unsur suprasegmental ini  “bekerja” atau berlansung sewaktu bunyi segmental diproduksikan.


B.     Tujuan
Makalah ini dibuat dangan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fonologi dan untuk mempelajari lebih jauh tentang mata kuliah Fonologi itu sendiri, terutama sekali tentang unsur suprasegmental itu sendiri.


C.     Manfaat
Manfaat yang dapat di ambil pada materi ini yaitu kita dapat berbicara dengan baik karena kita mengetahui tentang tekanan,nada,jeda dan durasi, dan kita juga mengetahui  bagaimana terjadinya tekanan ,macam macam nada dan lain sebagainya.








1
BAB II
ISI
1.      Tekanan
Tekanan atau stres menyangkut masalah keras lemah nya bunyi.
Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya menyebar, pasti diberangi dengan tekanan keras.
Sebaliknya,sebuah bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat, sehingga amplitudonya menyempit pasti di seberangi dengan tekanan lunak.
 Tekanan ini mungkin terjadi secara sporadis; migkin juga telah berpola,mungkin juga bersifat disningtif artinya dapat membedakan makna tapi juga bisa tidak. Dalam bahasa indonesia tekanan dapat membedakan makna.



2.      Nada
Nada atau pitch berkenaan dangan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan disertai nada yang tingggi
.Sebaliknya,bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, maka nada yang menyertanya akan rendah.
      Dalam bahasa tradisional Thai dan bahasa Vietnam nada bersifat fonemis, artinya dapat membedakan makna kata. Dalam bahasa Tonal,biasanya dikenal ada lima macam nada, yaitu:
a)       Nada naik atau nada meninggi yang biasanya diberi tanda garis ke atas     (    )
b)       Nada datar yang biasanya diberi  tanda garis lurus mendatar ( ͞   ).
c)       Nada turun atau merendah yang biasanya diberi tanda garis menurun (    ).
d)       Nada turun naik yakni nada  yang merendah lalu meninggi. Biasanya diberi tanda garis sebagai (Û·).
e)      Nada naik turun yaitu nada yang biasanya meninggi lalu merendah biasanya diberi tanda garis (Û¸).

2
Sama dengan tekanan,dalam bahasa indonesia nada juga tidak “bekerja”pada tingkat sintaksis, karena dapat membedakan makna kalimat.
Variasi nada yang mfnyertai unsur segmental dalam kalimat disebut intonasi, yang biasanya dibedakan menjadi empat yaitu:
a)      Nada rendah, di tandai dengan angka 1
b)      Nada sedang, ditandai dengan angka 2
c)      Nada tinggi, ditandai dengan angka 4

3.      Jeda atau Persendian
Jeda atau perhentian berkenaan dengan hentian bunyi arus dalam arus ujaran. Disebut jeda karena adanya perhentian itu, diebut persendian karena di tempat perhentian itulah terjadinya sambungan antara dua segmen ujaran.
      Jeda ini dapat bersifat penuh atau bersifat sementara, buiasanya dibedakan adanya sendi dalam(internal juncture) dan senda luar (open juncture).
      Sendi dalam menunjukan batas antara atu silabel dengan silabel lainnya. Silabel dalam ini menjasi batas silabel biasanya ditansai sengan tanda (+).
Contoh:
                  [am+bil]
                  [lak+sa+na]
                  [ke+le+la+war]
Sendi luar menunjuklan batas yang lebih besar dari silabel.Dalam hal ini biasanya dibedakan adanya:
a.       Jeda antar kata dalam frase,ditandai dengan garis miring tunggal ( / )
b.      Jeda antarfrase dalam klausa,ditandai dengan garis miring ganda ( // )
c.       Jeda antarkalimat dalam wacana/paragraf,ditandai dengan garis silang ganda      ( # )




3
Tekanan dan jeda dalam bahasa indonesia sangat penting karena tekanan dan jeda itu dapat merbah makna kalimat. Contoh:
            #buku//sejarah/baru#
            #buku/sejarah//baru#
Kalimat pertama bermakna ‘buku mengenai sejarah buku’;sedangkan kalimat kedua bermakna ‘buku baru mengenai sejarah’.
.
4.      Durasi
Durasi berkaitan dengan masalah panjang pendeknya atau lama singkatnya suatu suatu bunyi di ucapkan. Tanda untuk bunyi panjang yaitu titik dua pada sebelah  kanan kanan bunyi yang diucapkan(...:) atau tanda garis kecil diatas bunyi segmental yang diucapkan ( - ). Dalah bahasa indonesia durasi ini tidak barsifat fonemis, tidak dapat membedakanm makna kata.

















4
BAB III
KESIMPULAN
Salah satu pembagian kaijan fonologi yaitu fonetik dan disitu terdapat unsur segmental, unsur segmental ini bekerja atau brlangsung waktu bunyi segmental diproduksikan. Pembagian-pembagian unsur tersebut diantaranya adalah nada,jeda atau persendian, dan durasi. Nada dan durasi menentukan arti atau makna dari kalimat, sedangkan durasi tidak menentukan arti atau maknanya tersebut.


























5
DAFTAR PUSTAKA

Chaer,Abdul.2009.Fonologo Bahasa Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta.






























6

No comments